Tuesday, July 28, 2009

Kondisi Perdagangan Rempah-Rempah Indonesia Khususnya Cengkih Serta Hubunganya Dengan Kondisi Pelayaran Indonesia

Indonesia sebagai Negara Maritim dan Negara Kepulauan dan dengan segudang kekayaan alam khususnya kekayaan laut, hingga kini hidup dalam keanekaragaman diantara warga negaranya. Sejarah menyebutkan bahwa Indonesia pernah menjadi negara yang diperhitungkan dalam perdagangan antar negara karena letaknya yang strategis dan melimpahnya hasil bumi berupa rempah-rempah di Indonesia.

Sebut saja Maluku, pada abad ke-13 Maluku merupakan tempat yang penting dan memiliki pengaruh dalam perdagangan internasional (jalur sutra). Pulau- pulau utama di Maluku seperti Ternate, Tidore, Moti, Makian, Bacan dan Halmahera merupakan produsen bagi rempah-rempah di Indonesia khususnya cengkih dan pala yang sangat dibutuhkan oleh Negara-negara barat maupun timur seperti Cina, Arab, Persia dan Portugis. Banyaknya gangguan atau intervensi baik dari dalam maupun luar, adanya modernisasi telah menggeser kejayaan Indonesia sebagai negara penghasil rempah-rempah terbesar didunia khususnya cengkih.

Di Indonesia, cengkih sebagian besar digunakan oleh pabrik rokok (konsumen terbesar cengkih) sebagai bahan dasar pembuatan rokok kretek, disamping sebagai ramuan obat, pengawet atau penambah rasa dalam masakan. Produksi cengkih di Indonesia pada tahun 1990-2006 banyak mengalami penurunan baik lahan, hasil produksi, maupun produktivitas lahan cengkih itu sendiri. Kondisi itu diperparah dengan adanya data bahwa Indonesia kini mengimpor cengkih dari negara lain seperti Singapura dan China meskipun dalam jumlah kecil (data Departemen Pertanian dan Perindustrian). Ya, Indonesia sebagai negara penghasil cengkeh terbesar kini harus mengimpor cengkih, ironi sekali.

Dari permasalahan tersebut dapat dibuat kesimpulan mengenai penyebab Indonesia mengimpor cengkih antara penurunan stok cengkih nasional karena tanaman cengkeh di Indonesia tidak produktif atau rusak, karena faktor cuaca dan iklim, praktek ijon, harga cengkih yang berfluktuasi dan kurang menarik dimata petani membuat para petani enggan untuk merawat tanaman cengkihnya sehingga tanaman cengkih mereka rentan terhadap hama dan penyakit. Disamping penyebab tersebut, Arus perdagangan rempah-rempah khususnya cengkih juga sangat bergantung pada alat angkut kapal, lebih lagi untuk pasaran ekspor sangat menggantungkan kepada pelayaran. Sedangkan sarana dan prasarana pelayaran Indonesia masih sangat kurang dan ketinggalan jauh bila dilihat dari teknologi maupun SDM; kondisi ekonomi Indonesia yang tidak menentu, kenaikan BBM, kenaikan biaya pemeliharaan serta beberapa regulasi pemerintah yang memberatkan para pengusaha kapal membuat para perusahaan kapal tidak mampu membiayai operasional kapal yang terus melonjak.

Kondisi perdagangan cengkih dan pelayaran sangat berkaitan dan karenanya Indonesia seharusnya bangkit dan kembali mengembalikan kejayaan rempah-rempah khususnya cengkih dengan meningkatkan produktivitas cengkih dan lebih konsentrasi dalam mengembangkan tanamannya agar dapat meningkatkan produksi cengkih nasional dan akan mempengaruhi kekuatan tawa-menawar didunia sehingga dapat memperbaiki harga cengkih yang saat ini cenderung menurun. Pemerintah juga harus membantu untuk memfasilitasi kebutuhan para petani cengkih baik dalam hal produksi maupun dalam hal pemasarannya. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa pendapatan Negara yang terbesar salah satunya berasal dari cukai rokok dimana cengkih merupakan bahan baku utama selain tembakau dalam pembuatan rokok kretek. Selain itu hendaknya pemerintah memudahkan arus ekspor Indonesia keluar negeri khususnya ekspor cengkih agar lebih meningkatkan keunggulan kompetitif Indonesia di mata dunia. Peremajaan armada laut yaitu dengan penambahan armada laut yang digunakan sebagai alat angkut berbagai komoditi yang akan diekspor juga turut membantu mengembalikan kejayaan rempah-rempah khususnya cengkih.

fe.unibraw.ac.id

No comments:

Post a Comment